APA YANG KITA PAHAMI TENTANG “PEMURIDAN” (DISCIPLESHIP)?

Image result for Discipleship 








Dalam pengalaman pribadi saya selama berinteraksi dengan banyak orang, salah satu pelajaran berharga yang saya dapat adalah, kadang-kadang dua orang pribadi sedang berdiskusi tentang sebuah “istilah” dan menggunakan “istilah” yang sama dalam percakapan itu, tetapi sebenarnya kedua orang itu memiliki pemahaman dan titik berpijak yang berbeda dengan “istilah” yang digunakan itu. 
Tetapi kedua orang itu, terkadang tidak menyadari bahwa mereka menggunakan “istilah” yang sama, tetapi dengan pemahaman dan titik berpijak yang berbeda. Akibatnya, terjadilah “miss komunikasi”.

Istilah “memuridkan, pemuridan” menjadi sebuah istilah trend yang banyak didiskusikan oleh banyak gereja pada masa kini. Namun sayangnya, kadang-kadang kita sendiri tidak jelas dan tidak memiliki pemahaman yang sama dengan istilah itu sendiri. 

Sekitar 2 tahun yang lalu, ada seorang Kristen yang berkata kepada saya, “Pak, gereja kami dulu tidak ada Kelompok Tumbuh Bersama (KTB), tetapi sekarang kami sudah menjadi gereja yang memuridkan, karena kami sekarang sudah banyak membentuk KTB dalam gereja kami.”

Lalu saya berkata, “Bagus sekali punya banyak KTB dalam gereja, tetapi gereja yang banyak KTB, belum tentu gereja itu sudah masuk dalam kategori gereja yang memuridkan, karena arah KTB, dan bagaimana KTB itu berjalan, apakah sehat atau tidak, itu sangat menentukan apakah pemuridan melalui KTB itu sudah berjalan sebagaimana seharusnya atau belum.” 

Buku tentang teori pemuridan sekarang makin banyak. 
Tetapi saya ingin kembali kepada hal yang mendasar, namun sangat penting, yaitu apa yang Yesus katakan tentang pemuridan. 

Amanat Agung Yesus Kristus dalam Matius 28:18-20, dengan jelas dan tegas memberikan perintah untuk menjadikan sekalian bangsa murid Kristus. 

Kualifikasi yang dinginkan Yesus adalah jelas, yaitu murid Kristus (disciple of Christ), bukan sekadar pengunjung gereja, atau orang yang di KTP-nya beragama Kristen, atau bukan sekadar orang yang aktif kegiatan gereja, tetapi nilai-nilai hidup dan perilaku hidupnya bertolak belakang dari nilai-nilai yang diajarkan oleh Kristus. 

Amanat Agung Yesus dalam Matius 28 itu, fokus utamanya tentang pemuridan, bukan tentang penginjilan. 
Penginjilan adalah salah satu bagian/unsur dari pemuridan. Mengapa demikian? 

Karena dalam bahasa Yunani, kata kerja utama (main verb) dalam Matius 28:18-20 itu hanya satu, yaitu “muridkanlah”, sedangkan 3 kata kerja lain, yaitu: “Pergilah, baptislah, dan ajarlah” adalah kata kerja pendukung kata kerja utama, atau kata kerja yang menjelaskan kata kerja utama, atau disebut “participle”. 

Artinya, untuk menjadikan orang “murid Kristus”, berarti kita harus pergi cari jiwa memberitakan Injil, kemudian setelah percaya, orang itu dibaptis sebagai tanda pertobatan dan pengakuannya di depan publik bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat pribadinya, dan tidak cukup berhenti disitu,orang itu harus diajar untuk melakukan segala sesuatu yang Tuhan telah perintahkan. Itulah proses pemuridan! 

Jadi, tidak cukup asal percaya Injil, dibaptis, dan datang ke gereja, tetapi sampai kepada tahap terus-menerus bertumbuh melakukan apa yang telah Tuhan Yesus ajarkan. 

Kualifikasi murid Kristus adalah orang yang percaya pada apa yang Yesus percayai, melihat seperti Yesus melihat, mengasihi seperti Yesus mengasihi, melayani seperti Yesus melayani, memimpin seperti Yesus memimpin, dan hidup seperti Yesus hidup. 

Ada 3 hal yang harus kita perhatikan bersama berkaitan dengan label yang diberikan kepada sebuah “gereja yang memuridkan”, yaitu:
Image result for small group

1. Jika ada gereja yang fokus utamanya adalah menghasilkan murid Kristus, tetapi belum mempunyai Kelompok Kecil (KK) atau Kelompok Tumbuh Bersama (KTB) sebagai sarana pemuridan, maka gereja itu tetap disebut sebagai “gereja yang memuridkan.”

Gereja seperti ini memuridkan melalui sarana pemberitaan firman (khotbah), konseling, ibadah bersama, seminar, persekutuan, pembesukan, dan lain-lain. 

Namun, gereja seperti ini harus menyadari bahwa seseorang tidak cukup dimuridkan melalui sarana-sarana tadi, perlu ada sarana pemuridan yang lebih efektif dan strategis, yaitu melalui Kelompok Kecil atau Kelompok Tumbuh Bersama. 

Kita harus belajar dari teladan Yesus Kristus dan sejarah pertumbuhan gereja tentang hal ini. 
Yesus Kristus memberitakan Injil, mengajar dan berkhotbah kepada banyak orang. 
Dia juga menyembuhkan orang sakit, memberi makan yang lapar, menghibur yang terluka, dan sebagainya, tetapi Yesus tidak berhenti pada aktivitas itu, Dia juga berkonsentrasi pada sekelompok kecil orang (12 murid) untuk dimuridkan dan memuridkan orang lain. 
Kedua belas murid inilah (tidak termasuk Yudas Iskariot) yang kelak meneruskan misi Tuhan Yesus di tengah-tengah dunia ini.

Metode pemuridan secara umum juga dinyatakan dalam Buku Panduan Dogmatika Gereja Kristen Kalam Kudus, dalam Bab VI: Doktrin Gereja, pada Sub-Bab Pemuridan (VI.B.2.), tertulis:

“Gereja memiliki tanggung jawab untuk memuridkan orang percaya (Matius 28:19). Pemuridan ini dilakukan melalui: 

(a) Ibadah 
(b) Pemberitaan firman Tuhan yang berupa pengajaran, 
(c) Persekutuan yang sehat dengan orang-orang percaya (d) Kesaksian orang percaya yang menjadi berkat bagi dunia.”

2. Jika ada gereja yang mempunyai banyak Kelompok Kecil (KK) dan Kelompok Tumbuh Bersama (KTB), tidak berarti secara otomatis bahwa gereja itu sudah menjalankan pemuridan yang sehat.


Oleh karena, perlu ada kejelasan arah, kualitas, dan bagaimana sebuah KK/KTB itu berjalan. 
Konsep KK/KTB pun harus mengikuti prinsip-prinsip Alkitab, jika tidak, maka KK/KTB bisa bergerak pada arah yang keliru, misalnya, menjadi sebuah kelompok “gosip”, kelompok eksklusif-tertutup yang hanya mau “nyaman” dengan kelompoknya sendiri, atau kelompok yang hanya sharing “pengalaman” dan pengetahuan Alkitab saja, atau kelompok yang hanya “haha..hihi…”. 

Bisa juga menjadi kelompok yang tidak ada komitmen dari para anggotanya, karena mungkin sejak awal tidak dituntut atau ditegaskan, sehingga KK/KTB tidak menjadi prioritas, kalau ingin datang, ya datang; kalau tidak ingin datang, ya tidak datang. 
Atau dalam kelompok itu terjadi “konflik-konflik terselubung yang belum terselesaikan”, atau ada kelompok di dalam kelompok yang sifatnya menimbulkan “gap (kesenjangan) yang tidak sehat” satu sama lain. 

KK/KTB yang sehat, salah satunya bercirikan relasi yang erat dan sehat antar anggotanya, tetapi relasi yang erat antar anggotanya tidak selalu menjadi jaminan bahwa KTB/KK itu sehat. 
Karena bisa terjadi KK/KTB itu hanya berfokus pada keintiman/kedekatan relasi, tetapi misalnya dangkal dalam hal pengajaran, atau sangat kurang dalam hal “kesaksian hidup”. 

Sejak awal, harus ditegaskan dan disosialisasikan arah dari KK/KTB, dan aspek-aspek rohani yang ingin ditumbuhkan dalam kehidupan KK/KTB tersebut.

3. Gereja yang memuridkan adalah gereja yang “people-oriented” (berorientasi pada manusianya, orang seperti apa yang mau dihasilkan dalam gereja), bukan ‘”program-oriented”. 


Program-program gereja bisa dirancang dinamis dan sesuai kebutuhan, karena program adalah alat/sarana untuk menghasilkan murid Kristus. Program gereja jangan diberhalakan.

Gereja yang memuridkan adalah gereja yang bergerak dari “activity-centered” menuju kepada “spirituality and Christ-centered”. 

Yang didiskusikan jangan hanya aktivitas gereja (tentu ini penting), tetapi juga karakter dan spiritualitas umat/jemaat, dalam arti bagaimana caranya umat lebih bertumbuh serupa Kristus. 

Gereja memuridkan melalui kelompok besar/sarana publik (Ibadah bersama, Persekutuan, Seminar, dll), dan juga Kelompok Kecil. 
Semua ini harus terus-menerus dijalankan dengan bimbingan, arahan, pengawasan, evaluasi, dan prinsip-prinsip kebenaran firman Tuhan yang jelas. 

Jemaat harus tahu, gereja mau dibawa kemana, dan tugas dari para pemimpin gereja adalahmengarahkan dan membimbing jemaat/umat untuk bergerak ke arah gereja yang ingin dicapai.

Tuhan Yesus Kristus, Sang Kepala Gereja mengasihi dan terus memimpin gereja-Nya! Amin.🙏🏽

No comments:

Post a Comment

Hamba Tuhan: Panggilan Mulia dan Berbahaya (Pastor: Glorious and Dangerous Calling)

Tulisan ini merupakan refleksi/perenungan saya selama 7 tahun melayani di gereja sebagai Hamba Tuhan/Rohaniwan. Tidak terasa, sudah 7 t...