GOSIP


“Siapa memelihara mulut dan lidahnya, memelihara diri dari pada kesukaran.” (Amsal 21:23)

APA ITU GOSIP?

Gosip adalah menyebarkan informasi yang buruk (informasi yang negatif, bukan positif) tentang orang lain yang tidak hadir dalam pembicaraan bersama kita, dan kita tidak pernah mengklarifikasi langsung informasi itu kepada orang yang sedang kita bicarakan itu. Gosip itu bisa sesuai dengan fakta, namun bisa juga belum tentu sesuai dengan fakta yang ada. Jadi, gosip bisa benar, bisa juga salah. Gosip merupakan informasi negatif yang biasanya tersebar dari mulut ke mulut, melalui pembicaraan antar orang.
Gosip adalah sebuah obrolan negatif tentang orang lain, yang merusak nama baik/reputasi orang lain, menjatuhkan orang lain, dan obrolan itu dilakukan tidak pada tempat yang semestinya, atau tidak pada orang yang seharusnya. Gosip adalah “pembunuhan” terhadap karakter seseorang.
Tidak semua informasi dan percakapan tentang hal yang negatif mengenai orang lain dikategorikan sebagai gosip. Misalnya, dalam rapat para guru di sebuah sekolah, membicarakan tentang seorang murid yang melakukan “perbuatan tidak senonoh”. Informasi negatif ini dibicarakan dalam konteks dan tempat yang tepat, yaitu dalam rapat para guru, yang sudah sepatutnya mencari solusi atau pemecahan bersama. Jadi, berbeda dengan gosip. Gosip terjadi dalam konteks yang tidak sepatutnya.
Dalam kenyataannya, seringkali gosip didasarkan pada “asumsi-asumsi, anggapan-anggapan, kemungkinan-kemungkinan yang tidak pasti”, bukan didasarkan pada fakta/kenyataan sebenarnya. Itulah sebabnya, gosip sering disebut sebagai “kabar burung.” Seringkali gosip banyak yang sudah “dibumbu-bumbui”, atau “ditambah-tambahi”. Jadi, sebenarnya yang terjadi adalah “membuat kisah/cerita baru” tentang orang lain.

APA YANG SALAH DENGAN GOSIP?
  1. Menggosip merupakan salah satu bentuk sikap menghakimi orang lain, yaitu suka atau getol mencari-cari kesalahan orang lain. (Matius 7:1-5). Suka meneropongi dan mengawasi hidup orang lain, tetapi kurang mengawasi dan mencermati hidup diri sendiri.
  2. Gosip merupakan sikap yang mencoreng atau merusak nama baik orang lain. Celakanya, kadang-kadang gosip berjalan bersamaan dengan fitnah. Gosip dan fitnah seperti “saudara kembar”. Gosip beranak- cucu.

BAGAIMANA SIKAP KITA TERHADAP GOSIP?
1.     Ingatlah: “Orang yang suka menggosipkan orang lain, biasanya suatu saat akan menggosipkan Anda juga.”
2.     Jika Anda sedang berada dalam kumpulan orang yang sedang bergosip, jika memungkinkan, tinggalkan tempat itu, atau coba alihkan topik pembicaraan.
3.     Setiap informasi yang kita terima harus ditelusuri, dan diselidiki fakta-fakta kebenarannya. Apakah ini sebuah fakta, atau hanya sebuah asumsi? (Bandingkan Ulangan 13:12-14).
4.     Karena gosip biasanya beranak-cucu, putuskanlah mata rantai gosip dimulai dari diri Anda yang mendengarnya. Jika Anda menerima informasi itu, tidak perlu Anda sebarluaskan kepada orang lain (Bdk. Amsal 26:20), cukup berhenti sampai pada diri Anda saja. Menurut, Gary Thomas, salah satu disiplin rohani yang terabaikan pada masa kini adalah belajar membatasi rasa ingin tahu yang tidak perlu, yang sebenarnya bukan wewenang dan bagian kita untuk memastikan kebenarannya.
5.     Ingat prinsip “Hukum Emas” (Golden Rule) dalam Matius 7:12. Kita ingin dihargai, hargai orang lain! Kita tidak mau digosipkan, oleh sebab itu jangan menggosipkan orang lain.

Doa: “Tuhan, seumur hidup kami akan terus belajar untuk mendengar dan berkata-kata dengan bijak. Tidak mudah bagi kami untuk melakukannya. Tuhan, kasihanilah kami. Tuhan, tolong dan mampukanlah kami. Amin.”


No comments:

Post a Comment

Hamba Tuhan: Panggilan Mulia dan Berbahaya (Pastor: Glorious and Dangerous Calling)

Tulisan ini merupakan refleksi/perenungan saya selama 7 tahun melayani di gereja sebagai Hamba Tuhan/Rohaniwan. Tidak terasa, sudah 7 t...