Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.
Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri.
Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.
Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.”
(1 Korintus 13:4-7)
Kita cukup sering mendengar ada gereja-gereja yang terkenal dengan gedungnya yang “wah” dan megah, terkenal dengan jumlah jemaatnya yang banyak, terkenal dengan tim ibadahnya yang luarbiasa. Semua itu baik dan tidak salah.
Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri.
Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.
Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.”
(1 Korintus 13:4-7)
Kita cukup sering mendengar ada gereja-gereja yang terkenal dengan gedungnya yang “wah” dan megah, terkenal dengan jumlah jemaatnya yang banyak, terkenal dengan tim ibadahnya yang luarbiasa. Semua itu baik dan tidak salah.
Namun, pada zaman sekarang, seringkah kita mendengar ada gereja yang terkenal karena kasihnya yang besar kepada Allah dan sesama?
Jarang sekali kita dengar! Padahal mengasihi adalah tanda sejati dari seorang murid Kristus.
Dalam Yohanes 13:35, Yesus berkata, “Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.”
Apa yang Tuhan nilai dalam hidup kita? Kasih kita.
Kasih adalah buah Roh Kudus (Galatia 5:22-23).
Kasih adalah inti dari Hukum Terutama (Matius 22:37-40).
Apakah kita sudah hidup di dalam “kasih” seperti yang digambarkan dalam 1 Korintus 13:4-7?
Untuk mengevaluasi pertumbuhan “kasih” kita, coba kita ganti kata “kasih” dalam bagian ini dengan nama kita sendiri.
Saya memulainya dengan nama saya sendiri.
“Binsar itu sabar. Binsar itu murah hati. Binsar tidak cemburu. Binsar tidak memegahkan diri dan tidak sombong.
Binsar tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri.
Binsar tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.
Binsar tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran....”
Ketika saya ganti kata “kasih” dengan nama saya sendiri, saya merasakan “ketidaknyamanan.” Mengapa?
Karena saya merasa diri saya tidak sebaik itu.
Saya merasa kurang sabar, kurang murah hati, masih menyimpan kesalahan orang lain, dan seterusnya.
Saya mengatakan hal ini bukan dengan motif untuk menimbulkan kesan bahwa saya orang yang rendah hati, atau pura-pura rendah hati. Sama sekali tidak!
Tetapi saya merasa diri saya masih jauh dari ciri-ciri atau karakteristik ”kasih” yang digambarkan dalam 1 Korintus 13:4-7 itu.
Sebenarnya hanya ada satu pribadi yang paling tepat dan yang sempurna untuk menggantikan kata “kasih” dalam 1 Korintus 13 ini, yaitu Kristus sendiri.
“Kristus itu sabar. Kristus itu murah hati. Kristus tidak cemburu.
Kristus tidak memegahkan diri dan tidak sombong.
Kristus tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Kristus tidak pemarah….”
Dengan demikian, ciri-ciri “kasih” dalam 1 Korintus 13:4-7 ini adalah karakter Kristus sendiri.
Ini berarti kita semua dipanggil untuk makin bertumbuh menyerupai karakter Kristus dengan pertolongan Roh Kudus.
Sudah berapa lama kita menjadi orang Kristen? Apakah kita makin mirip Kristus atau makin mirip dengan pola cetakan dunia ini?
Orang yang makin mirip Kristus akan makin bertumbuh dalam kasih.
Mempratikkan kasih dalam kondisi yang ideal atau kondusif, itu hal yang mudah, namun mempratikkan kasih di tengah-tengah kondisi yang tidak ideal, bukanlah hal yang mudah.
Mengasihi orang yang juga mengasihi kita, itu hal yang mudah.
Tetapi mengasihi orang yang membenci kita, itu bukanlah hal yang mudah.
Berbuat baik kepada orang yang juga berbuat baik kepada kita, itu hal yang mudah.
Tetapi mengasihi orang yang membenci kita, itu bukanlah hal yang mudah.
Berbuat baik kepada orang yang juga berbuat baik kepada kita, itu hal yang mudah.
Tetapi berbuat baik kepada orang yang menyakiti hati kita, itu bukanlah hal yang mudah. Namun, kasih kita justru seringkali dibentuk dan bertumbuh melalui keadaan-keadaan yang sulit dan tidak ideal.Misalnya, kesabaran kita diuji justru di tengah-tengah situasi yang membuat kita tidak sabar. Atau kita mungkin berdoa supaya Tuhan menolong kita untuk menjadi pribadi yang tidak gampang tersinggung. Jawaban doa yang Tuhan berikan seringkali adalah mempertemukan kita dengan orang-orang yang membuat kita tersinggung.
Namun sebenarnya, itulah cara Allah untuk memproses dan membentuk kita untuk makin bertumbuh dalam kasih.
Tidak ada jalan instan.
Marilah kita mengevaluasi diri kita, apakah kita makin bertumbuh dalam kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama kita? Kiranya Tuhan menolong kita. Amin.🙏🏽🙏🏽
No comments:
Post a Comment