Hasil survei ini dimuat dalam Majalah Newsweek edisi Maret 1997, hasilnya adalah:
- 82% responden berdoa untuk minta kesehatan dan kesuksesan.
- 79% mereka percaya bahwa Tuhan akan memberikan mujizat kesembuhan, jika mereka sungguh-sungguh berdoa.
- 73% berdoa untuk kebutuhan mereka dalam mencari pekerjaan yang baik.
Sungguh tidak salah jika kita berdoa supaya Tuhan menolong kita menjawab kebutuhan dan pergumulan hidup kita. Sungguh baik dan manusiawi sekali jika kita menaikkan doa-doa seperti ini: “Tuhan berikan aku kesehatan supaya aku dapat bekerja dengan baik. Tuhan berkati bisnisku, berkati pekerjaanku supaya aku dapat menafkahi keluargaku dengan baik. Tuhan, tolong sembuhkan penyakitku.”
Itu doa yang baik, karena dalam Doa Bapa Kami, kita pun diajarkan untuk berdoa bagi kebutuhan fisik kita, “Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya.”
Rasul Paulus pun di tengah pergumulannya tentang “duri dalam daging” yang dialaminya, dia juga berseru berdoa memohon kelepasan dari Tuhan, sekalipun Tuhan tidak mengabulkan permohonannya, tetapi Tuhan menjawab doa Paulus dalam bentuk lain, yaitu supaya Paulus justru makin mengalami kasih karunia dan kuasa Tuhan di dalam kelemahannya itu (2 Korintus 12:7-10)
Kesimpulan hasil survei di atas menunjukkan bahwa sebagian besar doa-doa orang Kristen di Amerika hanya berkutat pada pemenuhan kebutuhan fisik saja, atau berdoa untuk kepentingan diri sendiri saja. Mungkin hasil survei ini juga menggambarkan sebagian besar isi doa-doa kita, bukan hanya di Amerika. Sekali lagi, hal itu bukan doa yang salah. Itu doa yang baik. Tetapi kalau isi doa kita setiap hari hanya berkutat seputar kepentingan diri kita saja, maka kehidupan doa kita belum bertumbuh dengan baik. Hasil survei itu menunjukkan, sedikit sekali orang Kristen yang berdoa meminta kepada Tuhan supaya dirinya menjadi jawaban doa bagi kebutuhan dan pergumulan orang lain.
Saat ini kita mau belajar dari kehidupan doa Nehemia. Pada saat itu Nehemia menjabat posisi yang sangat penting sebagai juru minuman Raja Persia, Artahsasta. Juru minuman raja pada masa itu mempunyai hak yang sangat istimewa dan tanggung jawab yang besar. Sebelum raja meminum anggur atau minuman pada saat itu, maka tugas dari Nehemia untuk memastikan bahwa minuman itu tidak ada racun di dalamnya yang membahayakan raja. Karena sudah menjadi kebiasaan di dunia kuno pada masa itu, salah satu cara licik yang digunakan oleh musuh-musuh raja untuk membunuh raja lawan mereka adalah melalui racun yang dituangkan dalam minuman. Jadi, tidak mudah seseorang bisa menjadi juru minuman raja pada saat itu. Orang itu harus teruji kesetiaan dan loyalitasnya kepada raja. Orang itu harus benar-benar bisa dipercaya oleh raja. Jadi, jangan membayangkan pekerjaan juru minuman raja ini seperti pelayan-pelayan restoran yang melayani konsumen pada masa kini.
Suatu hari Nehemia, mendengar kabar buruk, kabar yang sungguh menyayat hatinya tentang kampung halamannya di Yerusalem. Di ayat 3 dikatakan, ada 2 berita yang menyedihkan yang disampaikan oleh Hanani, saudara kandung dari Nehemia. Berita memilukan itu adalah:
1. Umat Israel yang masih tersisa di Yerusalem mengalami kesukaran besar akibat situasi politik dan ekonomi. Dan kalau kita membaca Nehemia pasal 5, kesukaran besar itu berupa banyak orang Israel hidup dalam kemiskinan. Untuk makan sehari-hari saja pun mereka susah. Tidak sedikit diantara mereka yang menggadaikan rumah mereka demi memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, ditambah lagi mereka harus membayar pajak kepada raja sebagai bangsa tawanan Persia.
2. Tembok Yerusalem runtuh dan pintu-pintu gerbangnya terbakar. Padahal Yerusalem adalah Kota Suci Umat Israel, dimana Bait Allah sebagai tanda kehadiran Allah ada disana. Tetapi sekarang tembok Yerusalem yang dipandang sebagai identitas dan lambang kebesaran Yerusalem, tembok itu telah roboh.
Mendengar berita yang memilukan itu, Nehemia menangis, dia berkabung, dia berdoa, dan berpuasa berhari-hari di hadapan Tuhan. Tetapi Nehemia tidak berhenti hanya pada berdoa dan berpuasa, di ayat 11 jelas sekali terlihat niatnya yang tulus dan sungguh-sungguh untuk menolong umat Israel dari keterpurukan hidup mereka.
Jika kita membaca pasal 2 dan seterusnya, kita melihat Nehemia rela berkorban. Dia rela meninggalkan hidupnya yang nyaman di istana. Dia memimpin langsung pembangunan tembok dan pintu gerbang Yerusalem. Padahal mungkin Nehemia, bisa saja berkata, “Aku sangat sibuk di istana. Aku tidak mungkin meninggalkan tugas pentingku sebagai juru minuman raja. Aku tidak bisa datang ke Yerusalem. Hai orang Israel, aku akan memberikan sumbangan uang kepada kalian untuk meringankan beban hidup kalian, dan aku juga akan sumbang biaya pembangunan tembok Yerusalem.” Namun, Nehemia tidak mengambil keputusan seperti itu. Dia datang ke Yerusalem. Dia memberikan waktunya. Dia memberikan pikirannya. Dia memberikan uangnya, dan tenaganya. Dia memberikan dirinya sendiri untuk menolong umat Israel dan memimpin pembangunan tembok kota Yerusalem.
Nehemia juga tidak berkata, “Ya Tuhan, utuslah dan kirimkanlah orang lain untuk menolong umat-Mu di Yerusalem.”
Kepedulian Nehemia bukan hanya di hati dan di bibir saja, bukan sekedar sebatas doa saja. Nehemia meminta Tuhan untuk mengutus dirinya sendiri.
Banyak orang yang bisa mendengar penderitaan dan pergumulan orang lain, tetapi tidak banyak orang yang setelah mendengar pergumulan orang lain, mau terlibat untuk membantu meringankan pergumulan orang lain, seperti yang dilakukan oleh Nehemia.
Banyak orang yang bisa mendengar pergumulan orang lain, tetapi tidak banyak orang yang setelah mendengar, lalu punya hati yang terusik, punya semacam “kegelisahan rohani”, punya hati yang tergerak untuk membantu meringankan beban hidup orang lain seperti Nehemia.
Nehemia sungguh menyadari apa artinya menerima anugerah dan berkat dari Tuhan. Dia orang yang sangat dipercaya raja, sehingga bisa menjadi juru minuman raja, padahal dia hanya orang asing di Kerajaan Persia. Nehemia sadar Tuhan memberikan posisi penting ini bagi dirinya, karena ada maksud dan rencana Tuhan dalam hidupnya, yaitu supaya melalui dirinya, dia bisa meringankan beban hidup orang Israel dan membangun kembali tembok kota Yerusalem yang hancur.
Nehemia mempunyai hati yang siap sedia untuk dipakai oleh Tuhan menjadi jawaban doa bagi pergumulan dan penderitaan orang lain/bangsanya.
Banyak orang yang hanya bersyukur atas anugerah dan berkat Tuhan yang diterimanya, tetapi tidak banyak orang yang mau bertanya dan bergumul bersama Tuhan:“Tuhan, mengapa Engkau memberikan anugerah dan berkat itu bagi diriku? Apa maksud-Mu memberikan anugerah dan berkat itu bagi diriku? Apa yang Tuhan inginkan supaya aku lakukan?”
Kiranya Tuhan menolong kita, supaya Tuhan memampukan diri kita menjadi jawaban doa bagi kebutuhan dan pergumulan orang lain.
Berbahagialah orang yang mau dipakai oleh Tuhan menjadi berkat dan jawaban doa bagi pergumulan orang lain. Amin.
No comments:
Post a Comment