Mungkin orang itu dulu adalah mantan pacar kita, atau orang itu sekarang adalah suami/istri kita.
Ketika kita jatuh cinta dengan seseorang, kita punya hasrat yang kuat untuk selalu ingin dekat bersamanya. Kita memprioritaskan diri untuk bersamanya. Ketika kita sedang jatuh cinta dengan seseorang, kita akan berusaha dengan segala daya upaya untuk menyenangkan hatinya. Kita akan “rela bayar harga” demi punya relasi yang dekat dengan orang yang kita cintai itu.
Tetapi bagaimana relasi kita dengan Tuhan?
Apakah kita pernah dan masih mengalami “jatuh cinta” kepada Tuhan?
Terpikat kepada Tuhan?
Have we fallen in love with God?
Mengapa kita kurang atau tidak tertarik dengan apa yang Tuhan sukai?
Tuhan menginginkan supaya kita belajar dan merenungkan firman-Nya secara teratur, tetapi mengapa kerinduan itu dangkal dalam diri kita?
Tuhan menginginkan kita untuk serius menata karakter dan kerohanian kita, tetapi mengapa kita kurang peduli dengan karakter dan kondisi kerohanian kita?
Tuhan menginginkan kita untuk berjuang mengalahkan dendam, kebencian dan kepahitan dalam diri kita, tetapi mengapa kita terus memeliharanya?
Tuhan menginginkan supaya kita beribadah secara teratur bersama umat Tuhan, tetapi mengapa kita kadang-kadang mengabaikan ibadah komunal?Tuhan menginginkan supaya kita menikmati Tuhan dalam doa-doa kita, tetapi mengapa seringkali berdoa menjadi sebuah “beban” dan kewajiban belaka dalam hidup kita?
Tuhan menginginkan supaya kita hidup benar dihadapan-Nya, tetapi mengapa seringkali kita tidak peduli dengan hal ini? Daftar pertanyaan ini masih bisa terus diperpanjang.
Mengapa semua ini terjadi? Mengapa kita kurang antusias dan kurang punya gairah yang besar untuk mengejar apa yang Tuhan sukai?
Mungkin problem utamanya adalah karena cinta kita kepada Tuhan mulai memudar.
Jika kita belum pernah mengalami “jatuh cinta” dengan Tuhan, metode apa pun yang kita gunakan dalam mengembangkan pelayanan gereja, tidak akan berarti banyak, atau mungkin hanya bersifat di permukaan kulit luar saja (superficial), karena yang paling esensial, yaitu“hati kita” belum mengalami “jatuh cinta” dengan Tuhan.
Tuhan Yesus pernah menanyakan hal yang sama, sebanyak 3 kali kepada Simon Petrus, “Apakah engkau mengasihi Aku lebih dari semua ini?” (Yohanes 21:15-19).
Mari kita kembali mengevaluasi diri kita dengan pertanyaan yang sangat penting dan krusial ini,
“Apakah saya dan Anda pernah dan masih jatuh cinta kepada Tuhan? Apa buktinya?”
Inilah pertanyaan yang selalu digumuli oleh Bapa-Bapa Gereja dalam sejarah gereja, dan akan terus digumuli oleh setiap murid Kristus di sepanjang zaman.
Tuhan menolong kita.🙏🏽
No comments:
Post a Comment