“While all men seek after happiness, scarcely one in a hundred looks for it from God. Complete happines is knowing God.” (John Calvin)
KEKELIRUAN DALAM HAL BERDOA
Apakah berdoa itu mudah? Bagi sebagian orang yang baru bertobat percaya Yesus dan baru mengenal kekristenan, mungkin berdoa itu bukan hal yang mudah, apalagi kalau diminta memimpin doa di depan umum (publik).
Namun, bagi sebagian orang lagi, mungkin berdoa itu hal yang mudah, apalagi jika orang itu sudah terbiasa memimpin doa secara spontan di depan umum, dan memiliki kemampuan untuk dapat merangkai kata-kata yang indah dan bagus saat berdoa.
Namun, pernahkah kita mencoba bertanya, “Apakah setiap doa-doa kita pasti disukai oleh Tuhan? Apakah setiap doa-doa yang kita panjatkan dengan fasih, lancar, dengan kata-kata yang indah, intonasi suara yang bagus, dirangkai dengan kata-kata yang secara teologis sangat Alkitabiah, apakah semua doa seperti itu pasti berkenan di hati Tuhan? Apakah doa hanya sebatas kata-kata?”
Dr. Edmund Chan, dalam bukunya “Growing Deep In God: Integrating Theology and Prayer” menyatakan,
“Sebenarnya, tidak ada satupun orang Kristen yang bisa berkata bahwa dirinya sudah “expert” (ahli) dan “professional” dalam hal berdoa.”
Mungkin kita bisa berkata, “Orang itu itu “expert” (ahli) memainkan gitar! Dia seorang gitaris yang professional! Kita juga mungkin bisa berkata, “Orang itu “expert” (ahli) dalam hal menari. Dia seorang penari yang professional!”
Tetapi bisakah kita mengatakan orang Kristen itu “expert” (ahli) dan professional dalam hal berdoa?
Dr. Edmund Chan mengingatkan kita, bahwa dalam dunia bisnis, dunia olahraga, dunia hiburan, dan yang lainnya, kita bisa memberikan label “expert” dan “professional” kepada seseorang, tetapi dalam hal berdoa, tidak seorang pun yang bisa mengklaim bahwa dirinya seorang yang “expert” dan “professional”, termasuk saya yang sedang membahas topik ini.
Mungkin seseorang bisa saja memiliki segudang pengetahuan yang luar biasa tentang doa, dia ahli membahas topik tentang doa (itupun sebenarnya tidak salah), tetapi tidak secara otomotis orang yang ahli membahas topik tentang doa akan selalu memiliki kehidupan doa yang berkenan di hati Tuhan.
Semua kita, termasuk saya, terus-menerus menjadi pembelajar dalam hal berdoa. Seumur hidup kita akan terus-menerus belajar berdoa. Mengapa demikian?
Pertama, karena berdoa bukan sekedar berbicara masalah “kata-kata” kepada Tuhan, tetapi berdoa juga berbicara masalah sikap hatidan motivasi di hadapan Tuhan. Dan kita harus mengakui dengan jujur, di dalam natur keberdosaan kita, betapa sulitnya untuk menjaga hati kita senantiasa bersih di hadapan Tuhan! Tuhan Yesus menegur sebagian orang yang berdoa dengan motivasi untuk mengesankan orang lain, untuk pamer kesalehan diri, atau berdoa dimotivasi untuk mencari pujian dari manusia (Matius 6:5-6).
Doa bukanlah ajang untuk memamerkan kefasihan lidah kita. Doa bukanlah ajang untuk memamerkan begitu puitisnya kata-kata doa kita. Doa bukanlah ajang untuk memamerkan betapa bagusnya intonasi suara kita saat berdoa. Point yang ingin saya tekankan adalah jangan sekali-kali berdoa dengan motivasi untuk “pamer.”
Pada saat kita berdoa untuk pamer, maka kita telah salah arah. Kita telah memfokuskan perhatian kita dan menujukan doa kita kepada pendengar, kepada publik ataujemaat, bukan kepada Allah yang seharusnya menjadi pusat doa kita. Namun penjelasan saya tidak berhenti sampai di sini.
Jika ada orang yang berdoa dengan fasih, dengan kata-kata yang bagus, puitis, intonasi suaranya bagus, tidak berarti orang itu pasti selalu sedang pamer dalam berdoa. Karena hal ini berkaitan dengan motivasi, menyangkut isi hati manusia, maka biarlah kita serahkan hal ini menjadi urusan pribadi orang itu dengan Tuhan. Biarlah tiap-tiap orang menguji hatinya di hadapan Tuhan ketika dia berdoa.
Jangan kita menghakimi, atau mencurigai doa-doa yang dipanjatkan seperti itu. Janganlah kita masuk ke dalam wilayah yang bukan wewenang kita, yang bukan bagian kita, sehingga kita jatuh ke dalam dosa dengan menempatkan diri seperti Allah yang Maha Tahu isi hati orang. Karena memang ada orang-orang tertentu yang mampu merangkai kata-kata dengan begitu baik, secara alamiah, spontan, tanpa punya motivasi untuk pamer diri. Bukankah kitab Mazmur juga banyak berisi doa-doa dalam bentuk puisi? Sekali lagi, biarlah kita tidak berprasangka buruk terhadap hal-hal seperti itu.
Kedua, ada godaan bagi kita, berdoa hanya semata-mata sebuah “kebiasaan rohani” tanpa disertai dengan sikap hati yang sungguh-sungguh menyembah dan mengasihi Tuhan. Berdoa cuma basa-basi saja, keluar dari bibir, tetapi tidak berasal dari hati yang tulus dan penuh kejujuran untuk mencari kehendak Allah. Tuhan tidak menyukai doa yangsemata-mata mekanis dan ritual belaka; asal berkata-kata, tetapi tidak keluar dari hati yang tulus untuk mencari Allah (Matius 6:7-8). Misalnya, mungkin dalam doa kita berkata, “Jadilah kehendak-Mu!” Tetapi dalam kenyataannya, kita mencari dan memprioritaskan kehendak diri kita sendiri, bukan kehendak Tuhan. Kita tidak tulus untuk sungguh-sungguh mau tunduk pada kehendak Tuhan dalam hidup kita.
Bahkan, adakalanya kita bisa jatuh ke dalam kesalahan, berdoa dengan kata-kata yang seolah-olah mengungkapkan kerendahan hati kita, tetapi sesungguhnya dalam lubuk hati yang paling dalam, kita penuh dengan keangkuhan rohani. Manusia mungkin tidak bisa melihat hal itu, tetapi Allah Maha Tahu dan Maha Melihat.
Dr. Simon Chan, seorang dosen di Trinity Theological College, Singapore menyatakan, “Biarlah hatimu mengatakan kepadamu apa yang ingin engkau katakan kepada Allah, dan katakanlah dengan sederhana tanpa terganggu dengan kata-katanya. Merupakan sebuah kebodohan jika kita ingin menyombongkan diri dalam doa di hadapan Allah”.
Kiranya Tuhan menolong kita, jangan sampai sambil berdoa, kita sambil berdosa di hadapan Tuhan, dalam artian, doa-doa kita justru mendukakan hati Tuhan, karena sikap hati kita tidak berkenan di hadapan-Nya.
“Ya Tuhan, betapa sulitnya kami menjaga hati kami untuk senantiasa bersih di hadapan-Mu! Tuhan, kasihanilah kami. Tuhan, ampunilah kami. Tuhan, ajarilah kami berdoa sesuai dengan kehendak-Mu!” Amin.🙏🏽🙏🏽
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Hamba Tuhan: Panggilan Mulia dan Berbahaya (Pastor: Glorious and Dangerous Calling)
Tulisan ini merupakan refleksi/perenungan saya selama 7 tahun melayani di gereja sebagai Hamba Tuhan/Rohaniwan. Tidak terasa, sudah 7 t...
No comments:
Post a Comment